10 Pelajaran Branding yang Harus diketahui Setiap Mahasiswa Lulusan Bisnis

Beberapa pekan terakhir ini, BlackBerry dikabarkan berencana membuat ponsel bersistem operasi Android. Kini, sang CEO pun menjawab seputar rumor tersebut.

Dalam sebuah wawancara bersama CNBC, CEO BlackBerry John Chen mendapatkan pertanyaan seputar kemungkinan untuk mengembangkan dan merilis ponsel Android.

Chen menjawab, "Kami hanya membuat ponsel yang aman dan BlackBerry adalah ponsel yang paling aman, jadi jika saya bisa menemukan cara untuk membuat ponsel Android aman, saya akan membuatnya juga."

Jawaban Chen tersebut memang tidak mengonfirmasi rumor yang selama ini beredar. Namun, hal tersebut mengisyaratkan bahwa BlackBerry memiliki sikap yang terbuka terhadap kemungkinan untuk membuat ponsel dengan sistem operasi lain.

Jika BlackBerry benar-benar membuat dan merilis ponsel bertenaga Android, apakah Anda tertarik untuk membelinya? - See more at: http://teknologi.inilah.com/read/detail/2216535/ceo-blackberry-tertarik-bikin-ponsel-android#sthash.4a3mQ8B7.dpuf


Pengetahuan umum dalam dunia bisnis adalah jika Anda ingin menjadi seorang entrepreneur, maka Anda harus mendapat gelar MBA. Karena ‘si MBA’ akan mengajarkan prinsip untuk menjalankan perusahaan yang baru atau yang sudah matang, cara menghindari kesalahan, dan bahkan teori yang dibutuhkan untuk membuat brand yang menghasilkan.
Yang menarik adalah, kebanyakan nasehat-nasehat tersebut bisa diputarbalikkan atau bahkan diacuhkan. Cara lama praktek ‘learning by doing’ tetaplah metode yang terbaik, dan market sebenarnya adalah kelas belajar terbaik.
Jadi yang ingin saya tawarkan pada Anda hari ini adalah pelajaran-pelajaran yang saya dan pemilik bisnis sukses yang lain serta manager yang sudah belajar melalui pengalaman. Ini adalah pelajaran yang akan membantu Anda membuat brand yang dikenal dunia, menghasilkan leads, mendominasi kompetisi dan menghasilkan uang.
Mari kita lihat sepuluh pelajaran branding yang tidak akan Anda pelajari di sekolah.

Pelajaran #1: Pintar tidak cukup untuk membuat brand yang besar


Anda juga harus menjadi seorang pemimpin. Inilah pelajaran yang ditemukan oleh Drew Houston, pendiri DropBox saat masih berada di bangku kuliah. Dia menikmati bisnisnya saat bisnisnya hanya terdiri dari dirinya sendiri dan barisan kode program yang ditulisnya. Tapi dia akhirnya menemukan sebuah buku yang mengubah perspektif berpikirnya.
Buku tersebut adalah Emotional Intelligence yang ditulis oleh Daniel Goleman. Setelah membacanya, dia yakin bahwa, jika dia ingin membuat sebuah perusahaan dengan brand yang besar, maka dia membutuhkan lebih dari sekedar pengetahuan dan gelar.
Saat itulah dia mulai membaca buku tentang bisnis, kepemimpinan, dan management. Dia secara langsung menggunakan pengetahuan tersebut dengan memimpin dua organisasi saat kuliah. Pengalaman tersebut yang menjadi pelajaran berat tentang menyelesaikan sesuatu melalui orang lain.
Takeaway: Beli atau pinjam sebanyak mungkin buku tentang kepemimpinan, management, dan sales. Dekati mentor bisnis yang berada di tempat yang ingin Anda capai. Milikilah semangat yang lebih besar dari semua orang lain.

Pelajaran #2: Bangunlah sebuah ‘tempat pemujaan’, bukan sebuah perusahaan.

Apple adalah salah satu brand paling dikenal di dunia, dan juga memiliki salah satu basis fans yang paling setia. Kenapa? Karena Apple menciptakan sebuah brand yang jauh lebih populer dari semua produk yang mereka ciptakan.
Perhatikan, tidak perduli jika yang dimiliki adalah sebuah Mac, iPhone atau iPad. Yang penting adalah itu adalah produk Apple. Bandingkan dengan Research in Motion (RIM), pembuat Blackberry. Smartphone mereka sangat lebih keren dan terkenal jika dibandingkan dengan perusahaannya. Faktanya, jika Anda bertanya pada orang-orang apakah mereka pernah mendengar tentang RIM, kebanyakan dari mereka tidak akan bisa menjawab apa-apa.
Faktanya, coba cari ‘Blackberry’ dan ‘RIM’ di Google Insights, dan Anda akan menyadari bahwa volume pencarian untuk produknya pasti lebih tinggi dari perusahaannya. Lakukan hal yang sama untuk Apple dan iPhone, dan Anda akan melihat bahwa keduanya hampir sama, yang artinya orang-orang membicarakan tentang perusahaan hampir sama banyaknya dengan produknya.
Blackberry google insight Takeaway: Ciptakan produk dan experience yang berbasis pada brand dan pesan utama Anda agar bisa menciptakan efek yang sama dengan Apple, sebuah hubungan dengan pelanggan. Fokuslah untuk membangun ‘killer brand’, bukan ‘killer product’.

Pelajaran #3: Mulailah dengan bertanya ‘Why ? ’

Jika membicarakan tentang membuat produk yang ‘killer’, kebanyakan perusahaan mencari cara untuk membuat produk yang mengubah nasib, tapi melupakan brand yang mereka miliki. Mereka melupakan “kenapa mereka ada di dunia.”
Mari kita lihat kembali pada Apple. Mereka tidak memulai pesan iklan mereka dengan pola umum ‘what-how-why’, tetapi mereka membalik formula tersebut dan menggunakan ‘why-how-what’. Mereka memulai dengan mempromosikan alasan kenapa mereka ada.
“Apple ada untuk menantang status quo. Kami mengedepankan desain yang indah. Dan kami membuat produk digital.”
Kebalikannya (yang tidak dilakukan Apple) adalah
“Apple membuat produk digital. Didesain dengan indah. Dan kami ada untuk menantang status quo.”
Lihatlah bagaimana hal tersebut bisa memberi perbedaan. Yang pertama menekankan misi yang dibawa, dan yang satu menekankan pada produk. Produk selalu datang dan pergi. Tapi sebuah brand harus bertahan selamanya.
Takeaway: Pastikan setiap orang terlibat dan mengerti misinya – alasan kenapa Anda ada. Ini dimulai dari tingkat atas dan bergerak ke bawah sampai dasar. Lalu semua orang akan bekerja untuk menciptakan cara yang bernilai agar orang-orang melihat brand, dan bukan hanya produk yang Anda buat.

Pelajaran #4: Bakar business plan Anda
Masuklah ke dalam semua kuliah atau kelas untuk menjadi seorang entrepreneur, dan Anda akan mendengar si pengajar mengatakan bahwa entrepreneur yang cerdas membutuhkan sebuah business plan.
Business plan tersebut dimaksudkan untuk membimbing dan mengarahkan Anda. Tapi tidak selalu dibutuhkan.
Para pendiri Proof Wood, yang memproduksi kacamata hitam dari kayu, pernah disuruh untuk menulis sebuah business plan, tapi tidak melakukannya. Sebaliknya, mereka hanya menjalankannya dengan ide-ide yang mereka miliki.
Seperti yang dilaporkan Inc, CEO Brooks Dame berkata “setelah perusahaan tersebut launching, kami akhirnya menulisnya untuk kompetisi business plan, untuk mendapatkan uang. Tapi kenyataanya, kami tidak menyukainya, dan bahkan kami tidak pernah bergantung padanya.”
Dame lalu berkata bahwa sebuah business plan bisa membuat Anda memikirkan produk Anda terlalu jauh. Anda akan menghabiskan bermalam-malam untuk memperbaikinya sampai sempurna. Tapi saat Anda akhirnya memasukkannya ke pasar, Anda mungkin sudah terlambat.
Takeaway : Saat sedang berlomba untuk memasuki pasar, Anda harus bergantung hanya pada ide, dan langsung menjalankannya. Perhatikan kompetisi yang terjadi, dan Anda selalu bisa menulis sebuah business plan nantinya.

Pelajaran #5 Ciptakan market Anda sendiri

Jika ingin memasuki sebuah market yang sudah terlalu ramai, Anda akan kesulitan. Hal yang sama berlaku untuk market yang sedang mengecil. Dengan menciptakan market yang baru kemungkinan Anda untuk sukses akan semakin besar.
Inilah yang dilakukan Amazon dengan e-reader dulu saat hal tersebut merupakan sesuatu yang masih tidak jelas. Mereka memberikan pengalaman pada pengguna lebih awal.
Amazon dulu dikritik karena membuat langkah yang begitu beresiko, tapi karena mereka berhasil mendefinisikan market baru, sekarang mereka menguasainya, dan para pihak yang dulu memberi kritik kini bungkam.
Tentunya Kindle Fire tidak sehebat yang diharapkan Amazon, dan mereka terganggu oleh masalah dari penerbit dan perpustakaan tentang guidline privasi dan penentuan harga, tapi mereka masih mendominasi.
Takeaway : Cobalah melihat seluas mungkin dan cari market yang masih dianggap remeh. Apakah market tersebut memiliki pertumbuhan yang menjanjikan? Rilislah sebuah video konsep untuk melihat reaksinya, dan secepatnya mulai bekerja.
Pelajaran #6: Lakukan Rebrand untuk menghindari kebingungan
Beberapa lini produk bisa menyebabkan masalah untuk sebuah brand, terutama jika nama brand dan nama produknya tidak tersusun.
Hal ini terjadi pada Formspring saat mereka mulai menarik fans yang berbeda dengan sebuah produk social media. Masalahnya adalah mereka sudah dikenal sebagai pembuat produk yang berhubungan dengan bisnis.
Perusahaan ini menciptakan kebingungan antara kedua produk, maka mereka memutuskan untuk melakukan rebrand pada diri mereka. Hal tersebut tidak mudah karena mereka sudah melakukan banyak hal untuk membangun brand orisinil mereka.
Mereka menyelesaikan masalah ini dengan menciptakan infografik sempurna di landing page untuk mengedukasi pelanggan mereka. Di StumbleUpon saja, infografik tersebut dishare lebih dari 100,000 kali, yang menaikkan citra brand baru mereka dengan cepat.
Takeaway : Mulailah dari atas dan terus ke bawah. Mulai dengan bertanya ‘why?’. Brand, lalu buatlah produk berdasarkan brand Anda. Formspring adalah contoh klasik perusahaan yang memulai dengan produk, bukan brand. Mereka juga merupakan contoh yang luar biasa tentang cara untuk melalui masalah tersebut. Jadi , jangan takut untuk melakukan rebrand, terutama jika keadaan terlihat akan berakhir dengan kebingungan terhadap brand Anda.

Pelajaran #7: Pelangaan Anda tidak seperti yang Anda pikirkan

Kebanyakan perusahaan dimulai oleh orang-orang yang membuat produk untuk teman dan keluarga yang berpikiran sama. Saat memulai sebuah bisnis, mereka merasa tahu siapa target pasar mereka.
Ini adalah yang terjadi pada pendiri Proof Wood yang menciptakan kacamata hitam dari kayu untuk para pemain skateboard dan peselancar. Tapi perjalanan mereka ke sebuah konferensi akhirnya membuktikan bahwa kepercayaan mereka salah.
Tidak hanya orang peduli lingkungan yang tertarik dengan kacamata hitam buatan mereka, tapi juga artis hiphop dan ibu rumah tangga. Perusahaan tersebut menyadari bahwa kacamata itu banyak diminati, dan akhirnya mereka mendistribusikan kacamatanya ke 120 toko, termasuk Nordstroms. Perusahaan itu menjual lebih dari 1,800 kacamata hitam dalam kurun waktu satu bulan.
Ini tidak hanya terjadi pada banyak perusahaan seperti Vans, dan bahkan terhadap musik hip hop itu sendiri.
Takeaway: Teruslah beradaptasi. Jangan terikat pada pemikiran bahwa Anda mengenal pelanggan Anda. Lepaskan produk Anda dan perhatikan kemana dia berakhir. Carilah kesempatan untuk dieksploitasi.

Pelajaran #8: Jangan bertenang diri

Ada alasan kenapa Jim Beam, perusahaan whiskey berumur 216 tahun masih bisa bertahan. Yakni market yang menguntungkan, walaupun memang sulit dipercaya.
Mereka memulai dengan melihat market yang tidak dipedulikan oleh kompetitornya. Yang paling jelas terlihat dalam bisnis ini adalah wanita. Walaupun sebagian besar pelanggan vodka adalah  wanita, tidak ada perusahaan yang fokus pada wanita secara spesifik. Faktanya, strategi umum dari perusahaan sejenis adalah mengajak para pria lebih dulu dan para wanita akan mengikuti.
Jim Beam melompat ke dalam kesempatan tersebut dan menciptakan produk yang eksklusif untuk wanita, seperti varietas margarita yang disebut Bethenny Frankel Skinnygirl Cocktail – yang merupakan brand dengan penjualan nomor satu.
Takeaway : Bisakah Anda menemukan sebuah market menguntungkan yang tidak dipedulikan oleh kompetitor Anda? Apa yang mereka inginkan? Dalam kasus Jim Beam, wanita menginginkan yang memiliki kadar alkohol lebih rendah tapi memiliki rasa. Dan bisakah Anda membentuk ulang brand Anda agar terlihat relevan? Hal ini pasti setara dengan pengorbanannya.

Lesson #9: Perhatikan detail untul hal-hal kecil

Kadang ide terbaik sangat sederhana. Lihatlah ide yang dimiliki oleh Richard Tait dan Whit Alexander, pendiri board game Cranium (game seperti Ludo), yang digunakan untuk membuat pemahaman yang sama tentang brand pada semua orang.
Yang mereka lakukan adalah menciptakan akronim yang lucu: CHIFF (Clever, High quality, Innovative, friendy, fun). Akronim ini tertanam dengan baik dalam pikiran setiap karyawan di Cranium.
Hal ini memiliki efek yang sangat besar terhadap brand, saat seorang manager marketing mengganti desain packaging bernuansa French Canadian yang menggunakan frasa “splendid talents” pada kotaknya dan merubahnya dengan “mind boggling”. Ketakutan yang adalah bahwa frasa yang salam di kotak tidak akan menarik untuk pelanggan potensial. Ini merupakan tingkat perhatian terhadap detail yang tinggi, tapi membuat perusahaanya mendapat kesuksesan brand yang dijalankan, dan semua itu dimulai dari sebuah ide yang sangat sederhana.
Takeaway : Ciptakan suatu cara untuk membuat semua orang memiliki pengertian yang sama tentang brand Anda. Lalu disiplinkan diri Anda sendiri untuk selalu memperhatikan detail dari segala hal.

Pelajaran #10: Bakarlah ‘kapal’ Anda

Saat Anda memulai sebuah perusahaan, mungkin Anda akan memulai dengan sebuah set pelanggan. Seiring waktu, Anda akan menyadari bahwa mereka bukanlah pelanggan yang ingin Anda simpan untuk jangka panjang.
Jadi Anda akan ‘memotong’ mereka.
Inilah yang dilakukan oleh Stormpulse, sebuah jasa pendeteksi dan alert badai, setelah menjalankan bisnis selama lima tahun. Pendirinya, Matt Wensing menyadari bahwa beberapa akun pelanggan yang dia miliki ternyata miliki orang-orang yang bekerja di White House dan FedEx. Pada titik itu, dia menyadari bahwa perlu untuk berfokus pada bisnis besar juga ingin menciptakan brand jangka panjang.
Akun pelanggan konsumer hanya membayarnya $50 per tahun, dan Wensing menyadari bahwa dia bisa mendapatkan 10 kali lipat jumlah uang tersebut dengan memiliki pelanggan enterprise. Ini merupakan langkah yang berani, tapi benar-benar menghasilkan.
Mereka sekarang memiliki 200 pelanggan enterprise dan berharap untuk mendapatkan dana tambahan. Lalu mereka akan bisa menyewa lebih banyak orang untuk meningkatkan User Experience dan mengurus semua sales leads yang mereka dapatkan.
Takeaway: Jangan takut untuk membuat beberapa orang kesal, selama Anda bisa membuat orang lain jauh lebih bahagia, dan jika langkah itu menguntungkan.
Kesimpulan
Sekarang, salah satu pelajaran terpenting untuk branding adalah Anda tidak akan pernah bisa membangun sebuah brand yang luar biasa jika hanya berdasarkan pada formula. Memang tidak berjalan seperti itu.
Yang akan bekerja adalah kreativitas, kerja keras, dan keberanian untuk membuat kesalahan, banyak kesalahan. Cara belajar ini akan mengajarkan pelajaran-pelajaran penting dalam membangun brand yang tidak akan Anda dapat dari menjadi seorang MBA.
Jadi, tetaplah kejar MBA Anda, tapi jangan lupa untuk mencari pengalaman.
Jadi, apa pelajaran tentang branding yang sudah Anda dapat (yang tidak ada di sekolah)?
Sumber : Kissmetric

Beberapa pekan terakhir ini, BlackBerry dikabarkan berencana membuat ponsel bersistem operasi Android. Kini, sang CEO pun menjawab seputar rumor tersebut.

Dalam sebuah wawancara bersama CNBC, CEO BlackBerry John Chen mendapatkan pertanyaan seputar kemungkinan untuk mengembangkan dan merilis ponsel Android.

Chen menjawab, "Kami hanya membuat ponsel yang aman dan BlackBerry adalah ponsel yang paling aman, jadi jika saya bisa menemukan cara untuk membuat ponsel Android aman, saya akan membuatnya juga."

Jawaban Chen tersebut memang tidak mengonfirmasi rumor yang selama ini beredar. Namun, hal tersebut mengisyaratkan bahwa BlackBerry memiliki sikap yang terbuka terhadap kemungkinan untuk membuat ponsel dengan sistem operasi lain.

Jika BlackBerry benar-benar membuat dan merilis ponsel bertenaga Android, apakah Anda tertarik untuk membelinya? - See more at: http://teknologi.inilah.com/read/detail/2216535/ceo-blackberry-tertarik-bikin-ponsel-android#sthash.4a3mQ8B7.dpuf

Belum ada Komentar untuk "10 Pelajaran Branding yang Harus diketahui Setiap Mahasiswa Lulusan Bisnis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel